Jumat, 18 April 2008

Obsesi Cinta yang Hilang

Obsesi memenangkan sayembara Menulis.
"...salah satu diantara ribuan orang yang ingin menjadi penulis, itu salah satu obesi saya di samping obesi yang lain yang ingin saya raih dalam hidup saya yakni ingin jadi orang yang serba bisa dan bisa hidup di mana saja lewat karya. Saya merasa punya hasrat menulis ketika saya sadar beberapa tahun lalu, saya sudah termotivasi dunia coret sajak sejak SD-SMP, walau masih berbentuk coretan tinta di lingkungan surat cinta yang saya buat...."

Melihat Judul itu setiap orang pasti akan menilai dirinya bakal menjadi yang terbaik dan lebih dari orang lain. Kenapa karena pertanyaan itu akan sangat menimbulkan ego kita bangkit minimal satu level dari sebelunya. Seperti halnya diri saya yang akan saya ceritakan kepada anda setelah melihat ada pengumuman soal beasiswa di website yang memuat sayembara ini.

Saya mungkin salah satu diantara ribuan orang yang ingin menjadi penulis, itu salah satu obesi saya di samping obesi yang lain yang ingin saya raih dalam hidup saya yakni ingin jadi orang yang serba bisa dan bisa hidup di mana saja lewat karya. Saya merasa punya hasrat menulis ketika saya sadar beberapa tahun lalu, saya sudah termotivasi dunia coret sajak sejak SD-SMP, walau masih berbentuk coretan tinta di lingkungan surat cinta yang saya buat, meski tidak kurang banyak yang mencontek dari buku puisi atau surat cinta dan alhasil tidak sedikit juga yang menolak “Gombal!” sebagian besar idola saya minimal bilang demikian.

Buktinya saya beberapa kali menghujani kata-kata lewat surat cinta yang saya titip lewat teman dekat gadis-gadis cantik yang saya taksir waktu itu, memang tampang saya biasa ajah dan saya bisa di bilang tak tau malu, mungkin benar karena saya sadar akan hal tersebut ketika ada gadis cantik idola saya ketika SMP menolak saya mentah-mentah maklum dia cantik dan lagi kakak kelas saya, wajar dia bilang gitu karena waktu itu saya baru masuk di sekolah yang sama.

Waktu SMP saya sempat memberanikan diri meminjam mesin ketik milik pak lurah di kantor desa untuk memenuhi hasarat birahi saya yang kegatelan igin ketak-ketik buat puisi yang bisa di bilang basi. Cinta tidak jauh seputar itu, pacar yang cantik itu yang membuat saya termotivasi. Selain itu sering saya termotivasi karena banyak baca puisi yang di muat di majalah pelajar (MOP), karena biasanya setiap puisi yang di muat di bumbui kirim salam di bawahnya. Saya piker-pikir memang hasilnya banyak yang nihil walau sempat puisi saya ada yang di muat di madding sekolah tapi itu setelah saya terus berjuang menulis sampai masuk SLTA.

Di SMK (SLTA yang saya pilih), saya tidak menghentikan kebiasaan saya corat-coret malah saya sudah mulai asyik dengan sebuah buku agenda yang mencatat setiap perjalanan yang saya alami, maklum saya punya hobby baru pecinta alam, jadi membuat saya menemukan dunia saya kembali ketika keluar masuk gunung dan hutan. Untung saya masuk jurusan penjualan karena di SMK tidak ada jurusan sastra atau bahasa, jadi kebiasaan yang bisa di bilang gila kata teman-teman cowok di sekolah banci kata mereka karena saya cinta dengan sebuah agenda atau diary untuk menulis rayuan, agak sedikit tersalurkan dan terkontrol meski tidak jarang saya teriakan beberapa bait puisi saat gemas dengan ulah gadis impian.

“Kucinta kau kala dini hari, redam batuk memecah sunyi, dan nyanyian tukang becak yang mengadukan nasib pada langit…” , kutipan puisi juga dari hasil mencontek dari foto laser om saya yang kuliah di IKIP Djokjakarta waktu, dan sampai hafal saya ucapkan malah foto itu sudah tak ada lagi di tempatnya, malah saya sendiri tidak tau puisi siapa itu sebenarnya…aneh ya saya, gila ya?.

Keanehan saya yang lain saya sadari adalah saya sepertinya tidak bisa hidup dan belajar karena cinta. Sering saya berkali-kali tidak bisa menulis artikel di web atau blog pribadi saya gara-gara saya bilang kehilangan Mood. Hal itu praktis terjadi jika saya sendiri merasa tidak punya cinta atau saat saya rindu sosok kekasih. Sampai saya pernah berani keluar dari sebuah pekerjaan dan beberapa minggu tidak kuliah, gara sepontan saya di tinggal pacar. Bagi saya cinta adalah semangat dan sumber isnpirasi saya pada waktu itu apalagi cinta seorang kekasih.

Tapi akhir-akhir ini saya sudah sadar bahwa pendapat itu salah, mungkin tidak salah tapi lebih tepat tidak sepenuhnya benar. Saya yakin bisa menciptakan rasa cinta yang lebih kuat yaitu cinta pada diri sendiri. Saya harus terus menciptakan cinta untuk semangat saya berkarya, cinta pada diri sendiri, cinta pada pikiran dan imajinasi, cinta pada semua hal yang baik pasti akan terjadi jika saya terus eksis di sini sehingga saya merasa termotivasi.

Dan yang tidak kalah penting adalah saya harus yakin bahwa cinta yang paling kekal adalah cinta Tuhan pada hambanya, saya yakin saya masih punya Tuhan dan saya yakin akan membalas dengan cinta jika aku juga mencintainya. Dengan terus begitu semangat saya akan terus ada, dan secara otomatis cinta yang saya inginkan akan menemani saya selamnya.

“Saya akan terus berkarya!”

By mas ezra
Jakarta, 18 april 2008

Tidak ada komentar: