Jumat, 02 Mei 2008

Nasib Tragis

by Mas Ezra

"..Tentu telah banyak kerinduan yang menumpuk di antara kami yang siap di tumpahkan, banyak kata-kata yang siap untuk di bicarakan, telah di persiapkan berbagai cerita yang seru, heboh, lucu dan mungkin menggemaskan, ataupun ada juga yang tidak sengaja akan membuat cemburu..."

Tepatnya Januari lalu, Saya memutuskan menghabiskan liburan natal dan tahun baru di kampung halaman yang berada di sebuah kota kecil di Jawa Tengah. Indah memang, itung-itung bisa refreshing di luar kota. Walau pun luar kota pilihan saya yang saya maksud adalah sebuah kampung halaman sendiri yang tentunya dengan segenap kesederhanaannya, termasuk fasilitas yang apa adanya pula. Mungkin tidak seperti orang liburan pada umumnya yang biasanya memilih sebuah Villa megah sebagai pilihan tempat persinggahan bersama keluarga atau pasangan tercintanya, meskipun tujuan liburan saya selain silaturahmi kepada orang tua sendiri adalah bertemu sang pacar tercinta.

"Begitu indah"...kata yang paling cocok di pilih untuk mengomentarinya. Jika hari-hari yang kita lewati selama liburan lebih banyak di habiskan bersama sang kekasih hati. Apalagi jika ke dua pasangan yang saling mencintai itu merupakan pasangan yang jarang sekali bertemu. Seperti yang saya alami contohnya, saya dan
kekasih saya ini sangat jarang sekali bertemu bahkan sejak pertemuan terkahir 2 tahun lalu, baru di liburan yang ke 2 ini di akhir tahun yang sama baru dapat terealisasi dengan sebuah pertemuan yang dinanti-nanti.

Sebuah pertemuan yang bisa menghasilkan cerita. Tentu telah banyak kerinduan yang menumpuk di antara kami yang siap di tumpahkan, banyak kata-kata yang siap untuk di bicarakan, telah di persiapkan berbagai cerita yang seru, heboh, lucu dan mungkin menggemaskan, ataupun ada juga yang tidak sengaja akan membuat cemburu.

Apalagi jika cerita itu mulai menyinggung, pembicaraan pengalaman masa lalu dengan mantan pacar yang di sampaikan dengan nada yang penuh semangat 45, berikut detil-detil keromantisan yang tidak kalah seru dengan yang sekarang sedang di alami. Jelas secara sadar atau tidak sadar, direncana atau tidak direncana, keceplosan atau apapun itu namanya bisa membawa kita kepada perasaan CEMBURU yang akan memicu sebuah pertengkaran.

Bisa saja pertengkaran besar, pertengkaran yang kecil, raut muka yang mendadak pusat pasi, senyum yang begetar, tawa yang mendadak berhenti, nafas yang di telan dalam, jantung yang tiba-tiba berdetak, atau bisa jadi cukup serta merta memasang aksi cemberut , melepas pelukan yang tadinya erat dan menangis tersedu pertanda sebuah kemarahan, dongkol atau kecewa di mulai.

Semua itu tergantung dengan pembawaan diri, sehingga kita dapat menetukan marah yang seperti apa yang akan kita tunjukan ketika peristiwa seperti itu kebetulan menemui kita. Kalau pada kasus saya sudah jelas, saya pilih yang No. 1. Karena, jika tombol merah yang ada pada diri saya kembali di pencet, kontan kemarahan itu akan timbul dengan sendirinya.

Masalah tombol merah ini, saya kutip dari pembicara seorang Motivator terkenal di negara ini, yang topik-topik dari pembicaraannya itu sering saya dengar di sebuah radio kesangan. Menurutnya, dalam diri setiap orang bisanya ada hal-hal yang bisa sengaja atau tidak sengaja di singgung akan membuat dirinya menjadi marah.Ibarat tombol merah itu tadi, jika di sentuh dan di tekan maka lampunya kan menyala. Entah menyala terang ataupun redup kembali kepada duduk permasalahannya, jika orang lain berbicara tanpa usur kesengajaan bisa jadi di maafkan, tetapi jika memang di sengaja untuk membuat marah bisa menimbulkan perselisihan.

Pembaca yang budiman, tampaknya prinsip-prinsip yang di berikan di atas, tidak berlaku bagi saya. Masalahnya, sengaja atau tidak, direncana atau tidak. Jika sampai hal itu di lakukan pasti akan membuat saya marah atau murka, jika memang kemarahan itu sampai meledak-ledak tentunya. Satu hal yang mungkin masih bisa di toleransi buat orang lain tapi tidak bagi saya yaitu masalah "Berbohong".

Perihal berbohong, atau merasa di bohongi sempat beberapa kali terjadi sepanjang saya melewati liburan panjang bersama sang kekasih itu. Malah salah satu dari beberapa pertengkaran itu sempat membuat HandPhone butut kesayangan saya bernasib tragis, gara-gara di banting berkali-kali sampai akhirnya remuk tak berbentuk. Awalnya gampang, hanya gara-gara secara tak sengaja telah di temukan sebuah keping VCD dokumentasi pribadi pacar saya itu yang masih dia simpan. Padahal dia sendiri pernah meyakinkan, bahwa keping VCD yang saya maksudkan itu sudah dia buang dan sudah tidak di simpannya lagi.

"Betul! memang jika Hp saya itu jelek rupanya, benar! jika harga hp saya itu tidak seberapa, tidak salah! jika HP kesangan saya itu sudah kehilangan banyak penggemar lantaran desain maupun tipenya. Karena hanya sebuah HP Nokia 5110 yang sudah ketinggalan jaman".

Tapi uniknya, dengan remuknya hp kesayangan saya itu sempat membuat ada perasaan "ngungun" (jw sayang, sesal)dalam diri saya. Perasaan itu timbul tidak lebih karena semata-mata hp tersebut ada nilai history-nya ketimbang harga dan modelnya yang unik.

Memang beberapa tahun terakhir Hp itu telah menjadi teman setia. Saat saya masih mengaggur, selama saya bekerja sampai saya kembali menganggur hp itu tetap bersama saya. Setia menemani saya dalam setiap kondisi dan situasi. Sempat saya di lempari sebuah senyum dari seorang Pengusaha sukses dan seorang Pejabat, karena saya dengan cueknya mengangkat telepon yang berdering ketika tengah melalukan wawancara. Hp itu juga telah menjadi perantara saya menjalin ikatan persahabatan dengan sahabat-sahabat saya, baik teman kuliah, teman nongkrong atau teman sepenilitian dan hobi yang sama di dunia silat.
Otomatis dengan hancurnya Hp legendaris itu, membuat saya kehilangan banyak nomer penting, termasuk teman, sahabat, atau beberapa kenalan di luar negeri meski ada beberapa diantaranya cuma di kenal lewat dunia Chatting.

"Aneh tapi nyata...tapi itulah yang saya alami. Gara-gara sebuah kebohongan yang sepele saya jadi murka, hanya gara-gara tidak sengaja menemukan bukti yang tak penting, hp kesayangan saya yang tak berdosa itu telah menjadi korban kemarahan saya".

Memang saya kadang bersikap demokratis, saya dan pacar saya punya sebuah pasal, bahwa perbedaan pendapat atau argumentasi itu boleh dan tidak di larang selama tujuanya itu dalam proses menemukan sebuah solusi dari permasalahan yang sedang di hadapi. Dan sebaliknya jika solusi itu sudah di temukan maka kita harus berani saling memaafkan serta legowo (jw, ikhlas).
Meskipun begitu, seharusnya saya berani memberikan sebuah pengakuan yang logis mengingat secara garis besarnya saya masih menjadi salah satu orang yang "EGOIS".

Salam Sejahtera!
Jakarta,20 Apri 2008 - 11.13 am

Tidak ada komentar: